Jakarta, liputan viral.space.com, Di tengah meningkatnya krisis kemanusiaan, ketimpangan sosial, dan melemahnya empati publik, Yayasan Ganisa Pejuang Kemanusiaan menegaskan bahwa perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) tidak boleh sekadar menjadi seremoni simbolik tanpa makna sosial.
Melalui pernyataan resmi yang disampaikan kepada media, Ketua Umum Yayasan Ganisa Pejuang Kemanusiaan, Sunardi Lintang, menekankan bahwa nilai Natal harus diterjemahkan dalam tindakan nyata membela kemanusiaan, terutama bagi kelompok rentan yang kerap terpinggirkan oleh sistem.
“Natal adalah panggilan nurani untuk berbagi cinta kasih, bukan hanya ucapan. Tahun baru adalah awal petualangan baru, termasuk keberanian untuk memperjuangkan keadilan sosial dan kemanusiaan. Ganisa berdiri untuk memastikan nilai itu tidak berhenti di kata-kata,” tegas Sunardi Lintang.
Sunardi menyoroti fakta bahwa setiap akhir tahun, euforia perayaan sering kali menutup mata publik terhadap realitas pahit yang masih dialami masyarakat: kemiskinan struktural, konflik agraria, kriminalisasi warga, hingga lemahnya perlindungan terhadap perempuan dan anak.
Menurutnya, perayaan keagamaan justru harus menjadi momentum evaluasi moral bangsa, bukan pelarian dari tanggung jawab sosial.
“Kami mengajak semua pihak—pemerintah, aparat, tokoh agama, dan masyarakat sipil—menjadikan Natal dan Tahun Baru sebagai titik balik keberpihakan kepada kemanusiaan. Jika tidak, maka perayaan ini kehilangan makna spiritualnya,” lanjutnya.
Dalam kesempatan yang sama, Segenap Keluarga Besar Yayasan Ganisa Pejuang Kemanusiaan menyampaikan ucapan:
“Selamat merayakan Natal dan menyambut Tahun Baru yang cerah, penuh kebahagiaan. Semoga semua impian terwujud. Natal adalah saat berbagi cinta kasih, dan Tahun Baru adalah awal petualangan baru. Semoga Tuhan selalu memberi kebahagiaan dan keberuntungan. Aamiin.”
Ganisa menegaskan komitmennya untuk terus berada di garis depan perjuangan kemanusiaan pada tahun mendatang, termasuk pengawalan kasus-kasus sosial, advokasi keadilan, serta penguatan solidaritas lintas iman.
Natal dan Tahun Baru, bagi Ganisa, bukan akhir cerita—melainkan awal perlawanan terhadap ketidakadilan.
